Venom Blockchain Jadi Incaran: Raksasa Fintech China Siap-siap Akuisisi!

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, blockchain kian menjadi sorotan. Dari Asia hingga Eropa, berbagai perusahaan berlomba mengadopsi inovasi ini untuk memperkuat infrastruktur digital mereka. Kini, perhatian tertuju ke China yang kabarnya tengah membidik Venom Foundation, platform blockchain asal Abu Dhabi.

Raksasa Fintech China Bidik Blockchain Venom 

Menurut laporan media lokal Toutiao, pada Kamis, salah satu perusahaan fintech terbesar di China tengah menjajaki akuisisi teknologi blockchain milik Venom Foundation.

Jika kesepakatan ini terwujud, langkah tersebut akan selaras dengan ambisi Beijing untuk memodernisasi infrastruktur keuangan sekaligus memperluas peran mata uang yuan dalam perdagangan global.

Perusahaan Energi Milik China Eksplorasi Pemanfaatan Stablecoin

Fenomena ini bukan hal baru. Sebelumnya, pasar bergejolak saat perusahaan Kanada mengakuisisi OSL asal Hong Kong. Sahamnya melonjak, menunjukkan bagaimana akuisisi lintas negara di sektor blockchain dapat mengubah valuasi dan arah industri.

Namun, potensi akuisisi terhadap Venom dipandang membawa bobot yang lebih besar. Venom tak hanya menawarkan teknologi canggih, tetapi juga membuka peluang untuk membentuk ulang sistem keuangan internasional. 

Venom dan Ambisi Digital China

Venom adalah blockchain Layer-0 yang dirancang untuk korporasi. Uji coba menunjukkan kapasitas hingga 150.000 transaksi per detik dengan finalisasi kurang dari tiga detik. Selain itu, Venom dilengkapi mekanisme KYC dan AML, sehingga menarik bagi institusi di yurisdiksi ketat.

Minat China terhadap teknologi ini bukan kebetulan. Pada Mei 2025, Bank Sentral China dan regulator lain merilis Guiding Opinion on Financial Support for New Industrialization yang mendorong lembaga keuangan lebih aktif mengadopsi blockchain dan AI untuk modernisasi.

Baca juga:  XRP Bangkit Pasca Kasus SEC, Solana Diprediksi Bakal Dapat ETF, dan BlockDAG Raup Rp5,8 Triliun dari Presale Ini Analisis Lengkapnya!

Salah satu fokus utamanya adalah pengembangan yuan digital dan stablecoin berbasis mata uang fiat. Keduanya diharapkan mampu mempercepat penyelesaian internasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada dolar AS. 

Yuk Intip Rencana Tiongkok Luncurkan Stablecoin Pertamanya

Pentingnya stablecoin juga pernah ditegaskan oleh Sekretaris Keuangan Hong Kong, Paul Chan. Dikutip dari laporan SCMP pada Juni lalu, ia menilai aset digital tersebut dapat menjadi alternatif berbiaya rendah dibandingkan sistem tradisional.

“Stablecoin menawarkan alternatif yang hemat biaya di luar sistem keuangan tradisional dan memiliki potensi merevolusi kegiatan pembayaran serta pasar modal, termasuk transaksi lintas batas,” jelas Chan.

Jika akuisisi blockchain Venom benar-benar terwujud, yang diperkirakan terjadi antara akhir 2025 hingga awal 2026, hal itu akan menjadi contoh bagaimana perusahaan China memanfaatkan teknologi asing untuk mencapai tujuan strategis domestik.

Dukungan Kuat, Bisakah VENOM Tembus US$0,2?

Pemberitaan tersebut ternyata belum banyak menggerakkan harga altcoin VENOM. Saat ini, aset tersebut masih bertahan di kisaran US$0,15–US$0,157 dengan volume perdagangan harian sekitar US$200 ribu.

Selama sebulan terakhir, harga VENOM cenderung stagnan pada rentang tersebut. Namun, peluang kenaikan tetap terbuka, terutama setelah kabar bahwa salah satu raksasa fintech China tertarik pada teknologi Venom Foundation. 

Jika kabar ini benar-benar terkonfirmasi, VENOM berpeluang menembus level US$0,2. Terlebih, tim Venom baru saja merilis program airdrop Stage 3, yang dapat mendorong peningkatan aktivitas sekaligus memperluas adopsi ekosistemnya.

Secara keseluruhan, potensi akuisisi Venom bisa menjadi langkah strategis bagi China untuk memperluas pengaruh digitalnya, sekaligus menjadi sentimen positif yang mendorong adopsi dan peluang kenaikan harga VENOM.

Baca juga:  Gila! Perusahaan Ini Siap Gelontorkan Dana Rp49,2 Miliar untuk Altcoin ENA, Ini Alasannya!