Presiden AS Donald Trump resmi memecat Lisa Cook dari jajaran Board of Governors The Fed pada Selasawaktu setempat.
Keputusan ini langsung menimbulkan sorotan tajam karena menyangkut independensi bank sentral AS, serta memicu pertanyaan besar di pasar global, dapatkah dolar AS melemah akibat langkah politik ini?
Berdasarkan laporan Reuters, Lisa Cook diberhentikan melalui kewenangan Presiden berdasarkan Article II dan Federal Reserve Act.
Alasan resmi yang disampaikan terkait dugaan penyalahgunaan dokumen hipotek pada 2021, di mana Cook disebut mendaftarkan dua properti sekaligus sebagai tempat tinggal utama.
Kasus ini kini telah dirujuk ke Departemen Kehakiman untuk penyelidikan lebih lanjut. Namun, di balik alasan administratif tersebut, publik menilai keputusan Trump sarat dengan pertimbangan politik.
Daftar isi
Reaksi Pasar dan Tekanan pada The Fed
Kabar pemecatan Cook segera tercermin di pasar. Dolar AS tampak melemah terhadap sejumlah mata uang utama, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka pendek ikut turun pada sesi perdagangan Asia.
Pelaku pasar memperkirakan bahwa pengganti Cook berpotensi lebih dovish, sehingga kemungkinan besar akan mendorong langkah pemangkasan suku bunga tambahan.
Meski reaksi awal pasar relatif tenang, analis memperingatkan adanya risiko lebih besar apabila Trump terus menekan The Fed setelah siklus pelonggaran berakhir.
Situasi tersebut berpotensi menghasilkan kurva imbal hasil yang lebih curam dengan suku bunga jangka panjang lebih tinggi, sekaligus melemahkan dolar AS secara berkelanjutan.
“Kondisi ini menunjukkan bagaimana campur tangan politik dapat memperbesar ketidakpastian pasar,” ujar salah satu analis pasar obligasi yang enggan disebutkan namanya.
Trump sendiri belakangan semakin vokal menekan bank sentral untuk memangkas suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini memperkuat pandangan bahwa pemecatan Lisa Cook bisa menjadi awal dari upaya lebih jauh Gedung Putih dalam memengaruhi kebijakan moneter.
Posisi Dolar AS Menurut JPMorgan
Di sisi lain, sejumlah lembaga keuangan menilai meski dolar AS berpotensi melemah lebih jauh, statusnya sebagai mata uang cadangan dunia masih tetap kuat.
JPMorgan mencatat bahwa dolar AS masih menyumbang sekitar 58 persen dari cadangan devisa global. Meskipun beberapa bank sentral mulai melakukan diversifikasi ke aset lain, termasuk emas, dolar tetap menjadi mata uang yang paling banyak digunakan dalam transaksi internasional.
JPMorgan menambahkan bahwa dolar AS masih jauh dari tergantikan oleh alternatif lain. Namun, bank tersebut tidak menutup kemungkinan adanya periode pelemahan yang berkepanjangan, serupa dengan yang terjadi antara 2002 hingga 2008.
Hal ini bisa terjadi mengingat nilai dolar AS saat ini relatif tinggi, sehingga rentan terkoreksi jika kepercayaan pasar terus tergerus.
Dengan demikian, pemecatan Lisa Cook tidak hanya menimbulkan dampak politik domestik, tetapi juga memberi sinyal ketidakpastian terhadap arah kebijakan moneter AS.
Sejauh ini, pasar masih menunggu kejelasan langkah pengganti Cook serta sikap Trump terhadap The Fed.
Namun, satu hal yang jelas, dinamika terbaru ini kembali mengingatkan bahwa kekuatan dolar tidak hanya bergantung pada ekonomi, melainkan juga pada persepsi terhadap stabilitas dan independensi institusi moneter AS.